Nama : Asih Hayatunnisa
Kelas : 3B Diksatrasia (2222121031)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Kumpulan cerpen Manusia Kamar karya Seno Gumira
Ajidarma yang terdiri dari enam belas judul, yaitu Nyanyian Sepanjang Sungai,
Pembunuhan, Manusia Kamar, Ngesti Kurawa, Daun, Cerita dari Sebuah Pantai,
Tante W, Matinya Seorang Pemain Sepak Bola, Katakan Aku Mendengarnya, Matinya
Seorang Wartawan Ibu Kota, Selingan Perjalanan, Khayalan dari Tepi Kolam
Renang, Selamat Pagi bagi Sang Penganggur, Tentang Seorang Kawan, Khayalan dari
dalam Bis yang Meluncur, dan Matinya Seorang Penari Telanjang. Lumayan banyak memang,
berbeda dengan kumpulan cerpen yang pernah saya baca karya Djenar Maesa Ayu yang
berjudul Jangan Main-Main dengan Kelaminmu tidak terlalu banyak dan juga tidak
terlalu sedikit bagi saya. Kumpulan cerpen karya Seno ini dari tiap judulnya
menceritakan hal yang berbeda-beda dan menarik untuk dibahas.
Sebelum kita bahas lebih jauh mengenai kumpulan cerpen
karya Seno ini, saya sedikit memaparkan biografi seorang Seno Gumira Ajidarma
yaitu sastrawan terkenal dan cukup senior yang lahir di Boston, Amerika Serikat
pada tanggal 19 Juni 1958. Dia berbeda dengan ayahnya, dia lebih memilih tidak
sekolah dan berpetualang sesuka hatinya terinspirasi dari film-film petualngan
yang seru, yang pada akhirnya dia melanjutkan sekolahnya karena perintah dari
ibunya. Selain seorang sastrawan, Seno juga merupakan seorang seniman, dia
masuk jurusan Sinematografi di Institut Kesenian Jakarta. Seno menjadi seniman
terinspirasi dari Rendra yang santai dan berambut gondrong. Ya, rambut
gondrong, Seno berambut gondrong, saya melihat langsung ketika mengikuti acara
seminar yang pembicaranya adalah Seno. Ketika bertemu langsung dengan Seno, dia
adalah pribadi yang cukup ramah ketika mengisi acara, dan dia cukup kocak
sehingga membuat para peserta tertawa di selingan acaranya.
Ketika membaca kumpulan cerpen Manusia Kamar karya
Seno, perasaan saya campur aduk, merasa sedih, tegang, kasihan, lucu, aneh, dan
terkadang kurang mengerti. Karena dari setiap judulnya menceritakan hal yang
berbeda, tidak melulu sedih, tidak melulu senang atau bahkan tidak melulu
humor. Seperti pada cerpen yang berjudul Matinya Seorang Penari Telanjang
misalnya, pada saat membaca cerpen tersebut saya merasa tegang, seperti berada
di posisi Sila tokoh utama dalam cerpen tersebut yang sembunyi di lorong kecil,
kotor, bau dan gelap karena dikejar-kejar oleh pembunuh, terlebih ketika
membaca di akhir cerita sangat menegangkan sekali ketika kedua pembunuh
menemukan Sila dan akhirnya Sila terbunuh.
Kemudian pada saat membaca bagian Manusia Kamar, saya
merasa aneh, memang ada manusia seperti itu? memang ada manusia yang dapat
bertahan tanpa berinteraksi atau tanpa bantuan manusia yang lainnya? mulai dari
makan hingga membeli buku dia lakukan tanpa berinteraksi langsung dengan
orang-orang yang bersangkutan, sungguh ajaib memang. Tapi di sisi lain ada segi
kocaknya juga ketika membaca Manusia Kamar tersebut, ketika sahabatnya mengira
mungkin dia membuat kuburannya sendiri dalam rumah yang cukup aneh yang ia
tinggali sendirian.
Lalu dengan cerpen yang berjudul Tentang Seorang
Kawan, disini saya kurang paham maksud dan tujuan dari cerita tersebut, karena
ceritanya sangat sedikit yang menceritakan tentang seorang perempuan di peron
stasiun yang sedang duduk melamun, selain perempuan itu tak ada lagi tokoh lain
yang diceritakan, jadi entah siapa yang dimaksud dengan “seorang kawan”
tersebut.
Matinya Seorang Pemain Sepak Bola, melihat sosok Sobrat tokoh utama dalam cerita
ini saya jadi teringat dengan Timnas Indonesia U-19 yang saat ini sedang
gembor-gembornya karena kehebatan mereka. Sobrat adalah seorang dari kalangan
biasa yang ingin mengharumkan nama bangsa dengan bermain sepak bola, begitu
juga dengan Timnas U-19 banyak dari mereka yang hanya dari kalangan menengah
seperti Evan Dimas misalnya, dia menggunakan sepatu bola bekas yang berharga
murah karena orang tuanya tidak mampu membelikan yang asli yang berharga mahal,
tetapi Evan bisa mengharumkan nama bangsa dengan mencetak beberapa gol disetiap
pertandingan seperti Sobrat.
Dilihat dari semua cerpen yang ada dalam kumpulan
cerpen Manusia Kamar karya Seno ini, dari keenam belas judulnya hampir sebagian
membahas tentang pembunuhan atau terbunuhnya tokoh utama dalam cerita, seperti
Matinya Seorang pemain Sepak Bola, Matinya Seorang Wartawan Ibu Kota, Matinya
Seorang Penari Telanjang, Pembunuhan. Mungkin maksud dan tujuan Seno mengangkat
tema pembunuhan dalam cerpen-cerpennya adalah ingin menyampaikan kepada pembaca
bahwa seperti itulah potret kehidupan manusia untuk mempertahankan hidup,
mempertahankan jabatan, mempertahankan kehormatan, atau bahkan membalaskan
dendam karena rasa sakit hatinya yaitu dengan membunuh.
Dan masih banyak lagi cerita pendek lainnya yang
membuat saya cukup terhibur dalam mengisi waktu luang. Dalam kumpulan cerpen
karya Seno ini tiap judul tidak sama banyaknya, ada yang cukup tebal, ada yang
sedang dan ada yang sangat sedikit sekali seperti Tentang Seorang Kawan itu
hanya satu setengah halaman saja. Dari segi bahasa dalam karya Seno ini tidak
membosankan, dia menulis sehingga pembacanya tidak merasa bosan ketika membaca
karyanya, yang ada ingin terus dan terus membaca tak ingin berhenti karena
tertarik dengan ceritanya yang membuat penasaran pembaca. Namun pembaca seperti
saya yang berasal dari sunda, kurang mengerti dengan istilah-istilah jawa yang
ia tuangkan dalam cerpennya seperti pada judul Ngesti Kurawa, disini saya
kurang paham dengan istilah-istilah jawa, jadi saya kurang mengerti dengan
maksud dari keseluruhan cerpen tersebut.
Sunday, October 20, 2013, 17:10:09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar