ANALISIS
KESALAHAN BERBAHASA TATARAN SINTAKSIS BIDANG FRASA DALAM KARANGAN KESAN PESAN
SISWA KELAS IX C SMP NEGERI 2 CIRUAS TAHUN AJARAN 2015/2016
Disusun
untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Kesalahan
Disusun
oleh:
Asih
Hayatunnisa
2222121031
7B
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SULTAN AGENG TIRTAYASA
2015
A.
LATAR BELAKANG
Bahasa merupakan alat komunikasi manusia, karena berfungsi sebagai
sarana untuk mengungkapkan isi pikiran manusia kepada manusia lainnya. Dalam
mengunggapkan isi pikirannya melalui bahasa dapat berupa bahasa lisan maupun
tulisan. Orang yang bisa berbahasa lisan belum tentu bisa menulis bahasa, hal
tersebut karena faktor buta huruf. Begitupun orang yang bisa bahasa tulis belum
tentu bisa bahasa lisan, hal tersebut berkemungkinan orang itu menderita tuna
wicara. Dalam pengajarannya bahasa dapat bersifat informal dan formal. Menurut
Tarigan (1988), Pengajaran bahasa yang bersifat informal biasanya terjadi di
lingkungan keluarga, dalam pergaulan dengan tetangga dekat, teman sepermainan,
atau dalam pergaulan antar etnik. Pengajaran bahasa yang bersifat formal
terjadi di sekolah. Pengajaran bahasa yang bersifat informal biasanya disebut
dengan pengajaran bahasa secara alamiah sedang pengajaran bahasa secara formal
disebut dengan istilah pengajaranbahasa secara ilmiah.
Bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa. Bahasa Indonesia dalam Negara
Indonesia adalah bahasa yang perlu diterapkan dalam kegiatan formal, seperti di
pemerintahan, perusahaan-perusahaan, sekolah, perguruan tinggi, dan lain
sebagainya. Di sekolah, bahasa Indonesia sudah diterapkan mulai dari sekolah
dasar dan merupakan pelajaran wajib,
juga sebagai mata pelajaran yang ada di ujian nasional. Penerapan bahasa
Indonesia di sekolah bertujuan untuk mengenalkan bahasa yang baik dan benar
kepada siswa, baik bahasa lisan maupun tulis.
Pada umumnya siswa menganggap mudah terhadap
pelajaran bahasa Indonesia, karena beranggapan setiap hari sudah berbahasa
Indonesia, dan hal tersebut adalah hal yang sangat mudah. Namun pada
kenyataannya, tidak sedikit siswa yang lemah di pelajaran ini, terutama dalam
hal menulis, tidak jarang terjadi kesalahan-kesalahan. Norrish (1983: 12-13)
dalam Mansoer (1989) berpendapat bahwa kesalahan bersumber pada gurunya dalam:
(a) pemilihan bahan, (b) pengajaran, (c) contoh bahasa yang digunakan sebagai
bahan, (d) si terdidik. Bahan yang terlalu tinggi atau bahan yang tidak menarik
minat si terdidik dapat menyebabkan kesalahan. Guru kurang memberi contoh, si
terdidik kurang diberikan rangsangan untuk mengembangkan aktivitas
berbahasanya. Sedangkan menurut (Richards, Ed. 1974: 190) berpendapat bahwa
kesalahan bersumber pada (i) strategi belajar, (ii) teknik mengajar, (iii)
sistem bahasa yang dipelajari, (iv) umur si terdidik, dan (v) situasi
sosio-linguistik si terdidik.
Kesalahan siswa dalam hal menulis selain faktor
gurunya, bisa disebabkan dari diri siswa sendiri, yaitu kurangnya minat baca,
kurang membaca, dan jika sudah tidak gemar membaca, maka berkemungkinan lemah
dalam menulis, karena wawasannya kurang luas, tidak terbiasa melihat struktur
kalimat yang benar, penulisan kata yang benar, dan lain sebagainya.
Setelah mengetahui penyebab lemahnya siswa sekolah
menengah pertama dalam hal menulis, mungkin akan timbul pertanyaan: “untuk apa
menelaah atau menganalisis kesalahan berbahasa pada pelajar?” menelaah
kesalahan pelajar khususnya kesalahan berbahasa, mengandung dua maksud utama,
yaitu:
1) Untuk
memperoleh data yang dapat dipergunakan untuk membuat atau menarik
kesimpulan-kesimpulan mengenai hakikat proses belajar bahasa;
2) Untuk
memberikan indikasi atau petunjuk kepada para guru dan kepada para pengembang
kurikulum, bagian mana dari bahasa sasaran yang paling sukar diproduksi oleh
para pelajar secara baik dan benar, serta tipe kesalahan mana yang paling
menyukarkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektif
(Dulay [et al], 1982: 138).
Tarigan dan tarigan (1988: 142) mengatakan bahwa
mengetahui kesalahan para pelajar mengandung beberapa keuntungan antara lain:
a) Untuk
mengetahui sebab musabab (atau penyebab kesalahan itu, untuk memahami latar
belakang kesalahan tersebut;
b) Untuk
memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh para pelajar;
c) Untuk
mencegah atau menghindari kesalahan yang sejenis pada waktu yang akan datang,
agar para pelajar dapat menggunakan bahasa dengan baik dan benar.
Kemampuan menulis siswa SMP 2 Ciruas cukup rendah,
peneliti mengidentifikasi hal tersebut ketika melaksanakan kegiatan Praktik
Pengalaman Lapangan Kependidikan (PPLK) Fakultas Keguruan dan Ilmu Kependidikan
(FKIP) Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada bulan September hingga November
2015 kemarin. Maka dari itu peneliti mengguanakan sampel salah satu kelas
sembilan dari tiga kelas yang peneliti pegang, yaitu kelas IX C SMPN 2 Ciruas
untuk dianalisis kesalahan berbahasanya pada bidang menulis dengan menggunakan
analisis kesalahan tataran sintaksis.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Bagaimana
kesalahan berbahasa tataran sintaksis dalam karangan pesan dan kesan siswa
kelas IX C SMPN 2 Ciruas?
C.
TUJUAN
MASALAH
1. Mendeskripsikan
kesalahan berbahasa tataran sintaksis dalam karangan pesan dan kesan siswa
kelas IX C SMPN 2 Ciruas.
D.
METODE
PENELITIAN
Metode penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif.
Data yang dikumpulkan berasal dari hasil
observasi. Riduwan (2010: 76) menjelaskan bahwa observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat
kegiatan yang dilakukan. Hadi (1986) dalam Sugiyono (2011: 196) berpendapat
bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data
menggunakan observasi ini digunakan apabila penelitian yang diamati tidak
terlalu besar.
Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IX C SMPN 2 Ciruas yang berjumlah 35 orang.
Penelitian
dilakukan pada bulan September hingga November yang berlokasi di SMPN 2 Ciruas,
kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang, Banten. Dan dilanjutkan dengan
penganalisisan pada bulan Desember 2015.
E.
KAJIAN
TEORI
1.
Analisis
Kesalahan
1.1 Pengertian Analisis Kesalahan
Ruru dan Ruru (1985: 2) mengutip pendapt Crystal
(1980) yang mengatakan: “Analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk
mengidentifikasikan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara
sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar
bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teori-teori dan
prosedur-prosedur berdasarkan linguistik”
Corder (dalam Richards Ed. 1974: 25) membedakan
pengertian kekeliruan dengan kesalahan. Kekeliruan mengacu pada
performansi, sedangkan kesalahan mengacu pada kompetensi. Dengan kata lain,
kekeliruan adalah penyimpangan yang tidak sistematis, misalnya karena
kelelahan, emosi atau salah ucap, sedangkan kesalahan adalah
penyimpangan-penyimpangan yang sifatnya sistematis, konsisten dan menggambarkan
kemampuan si terdidik pada tahap tertentu (Baradja, 1981: 12. Norrish, 1983:
7).
1.2
Tujuan Analisis Kesalahan
analisis
kesalahan dapat dibagi atas analisis keslahan tradisional dan anlisis kesalahan
yang disempurnakan. Menurut Sridhar (1975) yang dikutip oleh Baradja (1981: 11)
analisis keslahan tradisional jelas-jelas pragmatis, yaitu memperoleh balikan
untuk keperluan penyusunan buku teks dan penyempurnaan strategi pengajaran.
Dengan demikian analisis kesalahan dapat digunakan guru untuk:
(i) menentukan urutan sajian
(ii) menentukan meneknan-penekanan dalam hal
penjelasan dan latihan
(iii) memperbaiki pengajaran remedial
(iv) memilih butir-butir yang tepat untuk mengevaluasi penggunaan
bahasa si terdidik.
Analisis
kesalahan yang disempurnakan menurut Corder yang dikutip Baradja (1981: 12)
mempunyai dua tujuan, yaitu yang sifatnya lebih teoretisdan yang sifatnya lebih
praktis.
1.3
Metodologi Analisis Kesalahan
Metodologi
anakes dari dulu hingga kini dapatdikatakan relative uniform. Kalaupun ada
perubahan hanya berupa variasi yang sifatnya tidak mendasar. Ada dua orang pakar
yang telah mengemukakan metodologi anakes, yakni Ellis (1986: 296) dan Sridhar
(1985: 222).
Metodologi
anakes bersifat ortodoks dalam arti tidak berkembang dari dahulu sampai
sekarang. Namun akhir-akhir ini ada dua langkah lagi yang disarankan untuk memperlengkapi
langkah-langkah terdahulu. Kedua langkah yang dimaksud adalah:
(1) menganalisis sumber kesalahan
(2) menentukan derajat gangguan yang disebabkan
oleh kesalahan itu.
Dari
sumber-sumber di atas dapat disusun langkah-langkah kerja baru anakes melalui
penyeleksian, pengurutan, dan penggabungan. Hasil modifikasi tersebut adalah
sebagai berikut:
(1) mengumpulkan
data: berupa kesalahan berbahasa yang dibuat oleh siswa, misalnya hasil
ulangan, karangan, atau percakapan.
(2) menidentifikasi
dan mengklasifikasi kesalahan: mengenali dan memilah-milah kesalahan
berdasarkan kategori kebahasaan, misalnya kesalahan-kesalahan pelafalan,
pembentukan kata, penggabungan kata, penyusunan kalimat.
(3) memperingkat
kesalahan: mengurutkan kesalahan berdasarkan frekuensi atau keseringannya.
(4) menjelaskan
kesalahan: menngambarkan letak kesalahan, penyebab kesalahan, dan memberikan
contoh yang benar.
(5) memprakirakan
atau memprediksi daerah atau butir kebahasaan yang rawan: meramalkan tataran
bahasa yang dipelajari yang potensial mendatangkan kesalahan.
(6) mengoreksi
kesalahan: memperbaiki dan bila dapat menghilangkan kesalahan melalui
penyusunan bahan yang tepat, buku pegangan yang baik, dan teknik pengajaran
yang serasi.
2.
Analisis
Kesalahan Berbahasa
2.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa
Apa yang dimaksud dengan kesalahan berbahasa?
Terdapat dua ukuran dalam menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:
(1) berkaitan dengan faktor-faktor penentu dalam
berkomunikasi. Faktor-faktor penentu dalam berkomunikasi itu adalah: siapa yang
berbahasa dengan siapa, untuk tujuan apa, dalam situasi apa (tempat dan waktu),
dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan dan suasana), dengan jalur apa
(lisan atau tulisan), dengan media apa (tatap muka, telepon, surat, kawat,
buku, koran dan sebagainya), dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah,
upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta, dan sebagainya).
(2) berkaitan dengan aturan atau kaidah kebahasaan
yang dikenal dengan istilah tata bahasa (Depdikbud, 1995).
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada
ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian
konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih
dari performansi bahasa orang dewasa. Para guru dan orang tua (terlebih para
ibu) yang telah berupaya memenangkan pertarungan begitu lama dan sabar terhadap
kesalahan berbahasa murid-murid dan anak-anak mereka tiba pada satu kesimpulan,
pada suatu realisasi, bahwa berbuat
kesalahan merupakan suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan.
Kesimpulannya, kesalahan berbahasa adalah penggunaan
bahasa baik secara lisan maupun tertulis yang menyimpang dari faktor-faktor
penentu berkomunikasi atau menyimpang dari norma kemasyarakatan dan menyipang
dari kaidah tata bahasa Indonesia.
2.2 Pengertian Analisis Kesalahan
Berbahasa
Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur
kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi:
kegiatan mengumpulkan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang
terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut, mengklasifikasi
kesalahan itu, dan mengevaluasi taraf keseriusan kesalahan itu (Tarigan, Djago
dan Lislis Siti Sulistyaningsih, 1996/1997: 25).
3.
Sintaksis
Sintaksis
adalah cabang ilmu linguistik tentang susunan kalimat dan bagian-bagiannya;
ilmu tata kalimat (Tim Penyusun Kamus, 1996: 946). Ramlan (1987: 21)
mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Kesalahan dalam
tataran sintaksis berhubungan erat dengan kesalahan pada bidang morfologi,
karena kalimat berunsurkan kata-kata.
4.
Kesalahan
Berbahasa Tataran Sintaksis
Kesalahan
dalam tataran sintaksis antara lain berupa: kesalahan dalam bidang frasa dan
kesalahan dalam bidang kalimat. Kesalahan dalam bidang klausa tidak dibicarakan
tersendiri, tetapi sekaligus sudah melekat dalam kesalahan di bidang kalimat.
4.1
Kesalahan dalam Bidang Frasa
Kesalahan
berbahasa dalam bidang frasa dapat disebabkan oleh berbagai hal, di antaranya:
(a) adanya pengaruh
bahasa daerah;
(b) penggunaan
preposisi yang tidak tepat;
(c) kesalahan susunan
kata;
(d) penggunaan unsur
yang berlebihan atau mubazir;
(e) penggunaan bentuk
superlative yang berlebihan;
(f) penjamakan yang
ganda, dan
(g) penggunaan bentuk
resiprokal yang tidak tepat.
4.2
Kesalahan dalam Bidang Kalimat
Kesalahan
dalam bidang kalimat dibedakan berdasarkan bentuk kalimat itu sendiri:
(a) kalimat tidak
bersubjek;
(b) kalimat tidak
berpredikat;
(c) kalimat tidak bersubjek
dan tidak berpredikat;
(d) penggandaan subjek;
(e) antara predikat dan
objek yang tersisipi;
(f) kalimat yang tidak
logis;
(g) kalimat yang
ambiguitas;
(h) penghilangan
konjungsi;
(i) penggunaan konjungsi
yang berlebihan;
(j) urutan yang tidak
pararel;
(k) penggunaan istilah
asing;
(l) penggunaan kata
tanya yang tidak perlu.
5.
Penerapan
Analisis Kesalahan
5.1
Teknik Analisis
Norrish
(1983: 80-81) mengemukakan dua mekanisme menganalisis kesalahan. Mekanisme yang
diusulkan yakni membuat kategori kesalahan dan mengelompokkan jenis kesalahan
itu berdasarkan daerahnya.
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan mekanisme membuat kategori kesalahan. Secara
teknis mekanisme ini dilaksanakan dengan cara (i) melaksanakan kategori seleksi
awal, (ii) menentukan kategori kesalahan, (iii) mencek cepat.
5.2
Dukungan Terhadap Analisis Kesalahan
Agar
anlisis dapat diterapkan, kita harus membentengi diri dengan pengetahuan
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan pengetahuan bahasa yang
diperlukan.
Dalam
kaitannya dengan bidang sintaksis harus dikuasai:
-
Urutan kata yang tepat
-
Logika kalimat
-
Koherensi
-
Pemilihan kata, padat, singkat, jelas,
efektif, konsisten, relevan
-
Pemakaian kata sambung yang tepat
-
Tidak ambigu
-
Sesuai dengan latar belakang
sosiolinguistik
-
Pungtuasi
Penguasaan
tercapai apabila rajin (i) membaca kamus, (ii) mempelajari kaidah bahasa, (iii)
melati menulis efektif, (iv) menambah kosa kata yang telah dimiliki dengan
segala kemungkinan perubahan bentuk dan makna, (v) melatih kemampuan berbahasa
, baik membaca, berbicara, mendengarkan, maupun menulis, (vi) mengikuti siaran
radio atau televisi, (vii) mengikuti perkembangan kebahasaan melalui buku yang
relevan, (viii) mencari dan mempelajari bentuk yang salah dan yang benar, (ix)
menambah pengetahuan kebahasaan, baik melalui pendidikan formal, maupun
nonformal, dan (x) mengikuti perkembangan kebahasaan melalui pertemuan ilmiah,
misalnya diskusi, lokakarya, kofenensi, kongres, seminar, atau symposium.
Karena
peneliti merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa, telah mempelajari mata kuliah sintaksis, sehingga cukup
paham mengenai bahasan yang terdapat dalam sintaksis.
F.
PEMBAHASAN
Setelah dikategorikan satu per satu
karangan siswa, dari 35 siswa terdapat 11 siswa yang mengalami kesalahan bidang
frasa pada tulisannya. Dan dari seluruh aspek kesalahan bidang frasa, terdapat
satu aspek yang tidak dialami siswa dalam penulisan karangan pesan kesan, yaitu
“penjamakan yang ganda”. Berikut merupakan analisis kesalahan berbahasa tataran
sintaksis pada bidang frasa:
1. Adanya
Pengaruh Bahasa Daerah
-
Tanpa nama 1
“dulu sih iyah
biasa ajah”.
-
Kusmini
“lain kali mampir ke SMP 2 yah bu… apalagi IX C dan jangan lupa Kusmini yah bu…”
-
Cory Ahmad
“Bu Asih kapan-kapan main ke sini yah dan saya doakan semoga ibu cepat
menjadi guru”.
(huruf yang ditebalkan pada
kutipan karangan tanpa nama, Kusmini, dan Cory menandakan bahwa hal tersebut merupakan
pengaruh bahasa daerah. Karena SMPN 2 Ciruas meruapakan daerah yang pada
umumnya berbahasa Jaseng (Jawa Serang) yang akhiran katanya cenderung
menggunakan konsonan ‘H’ .
-
Kastinah
“kalo ibu pergi pasti saya kangen ama ibu”.
“saya akan selalu inget ama ibu”.
(kata yang bergaris
bawah tersebut menunjukkan pengaruh dari bahasa daerah, biasanya bahasa daerah
Jaseng jika mengucapkan kata “sama”, menghilangkan huruf ‘S’ nya).
2. Penggunaan
Preposisi yang Tidak Tepat
-
Siti Maryanah
“Kami senang di ajar dengan bu Asih”
(penggunaan kata
preposisi yang bergaris bawah kurang tepat, akan lebih tepat jika diganti
dengan kata “oleh”).
3. Kesalahan
Susunan Kata
-
Siti Maesaroh
“Aku pengen banget ibu ngajar disini sampai nanti
aku lulus”,
(kata-kata yang digaris bawahi susunannya kurang
tepat, akan lebih tepat jika “sampai aku lulus nanti”.)
-
Arif Nur Fathin
“Bu guru teruslah mengajarkan anak-anak bangga
yang seperti kami agar kami bisa seperti bu guru”
(kata-kata yang digaris bawahi belum tepat susunan
katanya, akan lebih tepat jika seperti ini “teruslah mengajari anak-anak dengan
bangga, agar kami bisa seperti ibu”).
4. Penggunaan
Unsur yang Berlebihan atau Mubazir
-
Arif Nur Fathin
“Terima kasih bu sudah mengajarkan kami terima kasih bu Asih”
(katakata yang bercetak
tebal sebaiknya ditiadakan, karena kata ‘terimakasih’ di awal kalimat sudah
mewakili keseluruhan).
5. Penggunaan
Bentuk Superlative yang Berlebihan
-
Isdahila
“Selama belajar dengan ibu Asih perasaan aku sangat
senang sekali”.
(kata-kata yang
bergaris bawah, sebaiknya digunakan salah satu saja, “perasaan aku sangat
senang” atau “perasaan aku senang sekali”).
-
Royzatul Amar
“Saya senang sekali ibu sudah mengajarkan tentang
apa saja yang ibu ajarkan. Saya sangat senang sekali.”
6. Penggunaan
Bentuk Resiprokal yang Tidak Tepat
-
Tanpa nama 2
“Dulu ibu selalu bikin kesel kita karena kita belum
peka sama ibu tapi lama-kelamaan kita senang diajar ibu:
(kata yang bergaris bawah kurang tepat, akan lebih
tepat jiga diganti dengan “semakin kesini”)
-
Kastinah
“sampai-sampai udah dua bulan diajarkan ibu
gak kerasa, kalo ibu pergi pasti saya kangen ama ibu”
(penggunaan kata resiprokal bergaris bawah tersebut
kurang tepat, sebaiknya cukup “sampai” saja.)
-
Arif
“saya sangat senang kalau yang ngajar bu Asih karena
bisa ketawa-ketawaan”
(penggunaan kata resiprokal bergaris bawah tersebut
kurang tepat, akan lebih tepat jika menggunakan “ketawa-ketawa”).
G.
SIMPULAN
Hasil dari penelitian ini
menghasilkan simpulan sebagai berikut:
1) Presentase
dari kelas IX C yang mengalami kesalahan berbahasa bidang frasa pada karangan
pesan kesan, yaitu sekitar kurang lebih 30%.
2) Dari
seluruh aspek kesalahan bidang frasa, kesalahan karena pengaruh bahasa daerah
lebih dominan, yaitu terdapat 4 siswa.
3) Kemampuan
menulis siswa kelas IX C SMPN 2 Ciruas tidak buruk dan sudah cukup baik, karena
kurang dari 50% yang mengalami kesalahan berbahasa bidang frasa.
Sumber Pustaka
Pateda, Mansoer. 2009. Analisi Kesalahan. Flores: Nusa Indah.
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia:
Teori dan Praktik. Surakarta: Yuma Pressindo.
Henry dan Tarigan. 1995. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.
Bandung: Angkasa Bandung.
Friday, December 11, 2015, 20:28:05
Tidak ada komentar:
Posting Komentar