Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sabtu, 02 April 2016

Essay Apresiasi Prosa Fiksi: Cerpen Sri Sumarah karya Umar Kayam



Nama   : Asih Hayatunnisa
Kelas   : 3B Diksatrasia (2222121031)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Sri Sumarah, judul yang cukup singkat, hanya dua kata yang merupakan nama perempuan. Dari melihat judulnya sudah dapat diterka bahwa isinya adalah tentang kehidupan seorang Sri Sumarah, benar saja. Cerpen Sri Sumarah karya Umar Kayam ini cukup menarik untuk dikaji, sebab banyak pesan yang didapat pembaca dari penulis. Cerpen ini menceritakan kehidupan pada jaman dahulu di tanah jawa, dimana seorang perempuan adalah sosok yang lemah lembut serta patuh terhadap orang tua dan taat pada suami.

Umar Kayam adalah seorang novelis, cerpenis, sosiolog, juga budayawan yang lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan beliau meninggal di Jakarta, 16 Maret 2002. Karena Umar Kayam berasal dari jawa, dia memasukkan kebudayaan serta adat jawa dalam karya sastranya. Pembaca yang bukan berasal dari tanah jawa mungkin akan kurang mengerti dengan istilah-istilah jawa yang terdapat dalam karya Umar ini, seperti saya yang berasal dari sunda kurang paham dengan bahasa dan istilah-istilah jawa dalam cerpen ini. Tetapi dengan begitu orang yang bukan berasal dari jawa seperti saya akan banyak mengambil pengetahuan serta wawasan mengenai kebudayaan dan adat istiadat jawa.

Ketika membaca cerpen karya Umar ini, saya pribadi cukup terkagum-kagum terhadap sosok Sri Sumarah. Dia adalah potret perempuan jaman dahulu yang dijaman sekarang mungkin sudah sangat jarang perempuan dengan kepribadian seperti Sri Sumarah yang lemah lembut, penurut, patuh. Kita tahu jaman sekarang yang semakin maju ini di era globalisasi, perempuan seperti sudah tidak punya tata krama dan sopan santun dalam bersikap ataupun dalam berpakaian. Kemudian disamping rasa kagum terhadap Sri Sumarah, saya merasakan senang ketika dia bahagia membina keluarganya, dan juga merasa sedih ketika dia mulai ditimpa cobaan yang bertubi-tubi, dimulai dari meninggalnya neneknya, suaminya, kemudian anaknya terjerat pergaulan bebas, lalu anak dan menantunya tertangkap oleh aparat keamanan karena diduga golongan pemberontak, cukup menyedihkan.

Didalam cerpen ini Sri Sumarah selain patuh pada adat istiadat, dia juga taat pada agama (islam). Tetapi, saya sedikit heran ketika Sri mendapatkan kabar bahwa anaknya tidak suci lagi dia tidak marah pada anaknya malah dia memaafkan anaknya dan tetap bersabar dengan keadaan. Mungkin karena pengaruh dari namanya itu yang dalam bahasa jawa Sumarah berarti “menyerah” ataupun “terserah”, jadi serumit apapun masalah yang dia hadapi dia tetap berpegang teguh agar selalu sabar dan berserah diri. Seperti ketika suaminya dilamar oleh pak carik untuk menjadikan anak pak carik istri kedua suaminya, Sumarah tetap bersabar jika memang itu terjadi tetapi pada akhirnya Mas Martokusumo tetap setia padanya, dan juga ketika kejadian menantunya meninggal karena di-game-kan pada saat dia ditangkap oleh aparat dan anaknya pun dipenjara karena kasus yang serupa dengan menantunya, Sumarah tetap berserah dan sabar seberat apapun itu cobaannya.

Dari cerpen ini penulis ingin menyampaikan kepada pembaca, bahwa dalam menghadapi berbagai masalah sesulit dan serumit apapun itu teruslah bersabar, jangan berhenti bersabar, sebab sabar tak ada batasnya, dengan bersabar akan ada jalan keluarnya. Berbeda jika kita menghadapi masalah atau keadaan apapun itu dengan emosi, maka bukan terselesaiakannya masalah namun akan menambah rumitnya masalah. Selain itu, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca terutama kaum hawa bahwa menjadi perempuan itu harus lemah lembut, penurut, tidak sembarangan, dan jika telah menjadi seorang istri harus patuh serta taat pada suami, memahami apa yang diinginkan suami, melayani suami dengan baik, maka jika begitu suami pun akan berbalik menurut pada istri, suami mana yang tega mengkhianati istrinya yang baik, suami mana yang tidak betah dirumah jika istrinya mengerti peran dia sebagai istri yang baik. Begitupun kepada kaum adam, jangan menganggap rendah istri yang kesehariannya hanya mengurus rumah, istrimu bukan pembantumu, istrimu separuh hidupmu. Mungkin hanya suami yang tidak baik saja yang menganggap rendah istri yang kesehariannya hanya bekerja mengurus rumah, suami yang baik dia yang memuliakan istrinya.

Kemudian dalam cerpen ini dapat disimpulkan bahwa pada jaman dahulu bukan merupakan hal yang kuno saja, kurang tahu banyak hal, tetapi dari masa lampau kita dapat belajar bahwa perilaku manusia ketika masa itu lebih berkeprimanusiaan dibandingkan dengan jaman sekarang. Kita tahu akhir-akhir ini manusia sudah banyak yang tidak berhati bahkan seperti binatang, banyak kita dapatkan sekarang kasus pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan itu terjadi pada sesama sedarah, seperti anak membunuh ibunya, paman memperkosa keponakanakannya dan lain sebagainya. Berbeda dengan jaman dahulu, seperti yang tergambar pada masa Sri Sumarah, berbeda dengan masa anaknya ketika jaman mulai maju dan berubah.

Lalu dari cerpen ini pembaca yang bukan berasal dari tanah jawa seperti saya, mendapatkan banyak wawasan tentang istilah, budaya, dan adat kebiasaan jawa seperti, meminum jejamuan akan merawat tubuh dengan alami terlihat lebih awet muda, banyak bahasa-bahasa jawa yang kurang saya mengerti ini cukup menambah wawasan saya mengenai dialek jawa.

Jadi, banyak sekali yang dapat diambil dari cerpen Sri Sumarah karya Umar Kayam, berbagai aspek seperti sosial budaya, feminisme, perubahan jaman (globalisasi), adat istiadat dan lain sebagainya.


Monday, October 07, 2013, 10:27:22

Tidak ada komentar:

Posting Komentar