Nama : Asih Hayatunnisa
Kelas : 3B Diksatrasia (2222121031)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Sri Sumarah, judul yang cukup singkat, hanya dua kata yang merupakan
nama perempuan. Dari melihat judulnya sudah dapat diterka bahwa isinya adalah
tentang kehidupan seorang Sri Sumarah, benar saja. Cerpen Sri Sumarah karya
Umar Kayam ini cukup menarik untuk dikaji, sebab banyak pesan yang didapat
pembaca dari penulis. Cerpen ini menceritakan kehidupan pada jaman dahulu di
tanah jawa, dimana seorang perempuan adalah sosok yang lemah lembut serta patuh
terhadap orang tua dan taat pada suami.
Umar Kayam adalah seorang novelis, cerpenis, sosiolog, juga budayawan
yang lahir di Ngawi, Jawa Timur, 30 April 1932 dan beliau meninggal di Jakarta,
16 Maret 2002. Karena Umar Kayam berasal dari jawa, dia memasukkan kebudayaan
serta adat jawa dalam karya sastranya. Pembaca yang bukan berasal dari tanah
jawa mungkin akan kurang mengerti dengan istilah-istilah jawa yang terdapat
dalam karya Umar ini, seperti saya yang berasal dari sunda kurang paham dengan
bahasa dan istilah-istilah jawa dalam cerpen ini. Tetapi dengan begitu orang
yang bukan berasal dari jawa seperti saya akan banyak mengambil pengetahuan
serta wawasan mengenai kebudayaan dan adat istiadat jawa.
Ketika membaca cerpen karya Umar ini, saya pribadi cukup terkagum-kagum
terhadap sosok Sri Sumarah. Dia adalah potret perempuan jaman dahulu yang
dijaman sekarang mungkin sudah sangat jarang perempuan dengan kepribadian
seperti Sri Sumarah yang lemah lembut, penurut, patuh. Kita tahu jaman sekarang
yang semakin maju ini di era globalisasi, perempuan seperti sudah tidak punya
tata krama dan sopan santun dalam bersikap ataupun dalam berpakaian. Kemudian
disamping rasa kagum terhadap Sri Sumarah, saya merasakan senang ketika dia
bahagia membina keluarganya, dan juga merasa sedih ketika dia mulai ditimpa
cobaan yang bertubi-tubi, dimulai dari meninggalnya neneknya, suaminya,
kemudian anaknya terjerat pergaulan bebas, lalu anak dan menantunya tertangkap
oleh aparat keamanan karena diduga golongan pemberontak, cukup menyedihkan.
Didalam cerpen ini Sri Sumarah selain patuh pada adat istiadat, dia juga
taat pada agama (islam). Tetapi, saya sedikit heran ketika Sri mendapatkan
kabar bahwa anaknya tidak suci lagi dia tidak marah pada anaknya malah dia
memaafkan anaknya dan tetap bersabar dengan keadaan. Mungkin karena pengaruh
dari namanya itu yang dalam bahasa jawa Sumarah berarti “menyerah” ataupun
“terserah”, jadi serumit apapun masalah yang dia hadapi dia tetap berpegang
teguh agar selalu sabar dan berserah diri. Seperti ketika suaminya dilamar oleh
pak carik untuk menjadikan anak pak carik istri kedua suaminya, Sumarah tetap
bersabar jika memang itu terjadi tetapi pada akhirnya Mas Martokusumo tetap
setia padanya, dan juga ketika kejadian menantunya meninggal karena di-game-kan
pada saat dia ditangkap oleh aparat dan anaknya pun dipenjara karena kasus yang
serupa dengan menantunya, Sumarah tetap berserah dan sabar seberat apapun itu
cobaannya.
Dari cerpen ini penulis ingin menyampaikan kepada pembaca, bahwa dalam
menghadapi berbagai masalah sesulit dan serumit apapun itu teruslah bersabar,
jangan berhenti bersabar, sebab sabar tak ada batasnya, dengan bersabar akan
ada jalan keluarnya. Berbeda jika kita menghadapi masalah atau keadaan apapun
itu dengan emosi, maka bukan terselesaiakannya masalah namun akan menambah
rumitnya masalah. Selain itu, penulis ingin menyampaikan kepada pembaca
terutama kaum hawa bahwa menjadi perempuan itu harus lemah lembut, penurut,
tidak sembarangan, dan jika telah menjadi seorang istri harus patuh serta taat
pada suami, memahami apa yang diinginkan suami, melayani suami dengan baik,
maka jika begitu suami pun akan berbalik menurut pada istri, suami mana yang
tega mengkhianati istrinya yang baik, suami mana yang tidak betah dirumah jika
istrinya mengerti peran dia sebagai istri yang baik. Begitupun kepada kaum
adam, jangan menganggap rendah istri yang kesehariannya hanya mengurus rumah,
istrimu bukan pembantumu, istrimu separuh hidupmu. Mungkin hanya suami yang
tidak baik saja yang menganggap rendah istri yang kesehariannya hanya bekerja
mengurus rumah, suami yang baik dia yang memuliakan istrinya.
Kemudian dalam cerpen ini dapat disimpulkan bahwa pada jaman dahulu
bukan merupakan hal yang kuno saja, kurang tahu banyak hal, tetapi dari masa
lampau kita dapat belajar bahwa perilaku manusia ketika masa itu lebih
berkeprimanusiaan dibandingkan dengan jaman sekarang. Kita tahu akhir-akhir ini
manusia sudah banyak yang tidak berhati bahkan seperti binatang, banyak kita
dapatkan sekarang kasus pembunuhan, pemerkosaan, perampokan dan itu terjadi
pada sesama sedarah, seperti anak membunuh ibunya, paman memperkosa
keponakanakannya dan lain sebagainya. Berbeda dengan jaman dahulu, seperti yang
tergambar pada masa Sri Sumarah, berbeda dengan masa anaknya ketika jaman mulai
maju dan berubah.
Lalu dari cerpen ini pembaca yang bukan berasal dari tanah jawa seperti
saya, mendapatkan banyak wawasan tentang istilah, budaya, dan adat kebiasaan
jawa seperti, meminum jejamuan akan merawat tubuh dengan alami terlihat lebih
awet muda, banyak bahasa-bahasa jawa yang kurang saya mengerti ini cukup
menambah wawasan saya mengenai dialek jawa.
Jadi, banyak sekali yang dapat diambil dari cerpen Sri Sumarah karya Umar
Kayam, berbagai aspek seperti sosial budaya, feminisme, perubahan jaman
(globalisasi), adat istiadat dan lain sebagainya.
Monday, October 07, 2013, 10:27:22
Tidak ada komentar:
Posting Komentar