Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sabtu, 02 April 2016

Essay Apresiasi Prosa Fiksi: Mengenali Karya Sastra Firman Venayaksa Melalui Kumpulan Cerpen Tingbating



Nama   : Asih Hayatunnisa
Kelas   : 3B Diksatrasia (2222121031)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa



Judul cerpen yang cukup kocak Tingbating karya Firman Venayaksa. Melihat dari judulnya sudah dapat diterka bahwa isinya mengenai sesuatu yang dapat mengocok perut para pembacanya. Fiman Venayaksa, kurang sopan rasanya hanya menyebut namanya saja tanpa menggunakan Bapak terlebih dahulu di belakang namanya, sebab beliau merupakan dosen saya, ya dosen Apresiasi Prosa Fiksi semester tiga. Di semester tiga ini terdapat mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi yang diajar oleh Bapak Firman, yang setiap minggunya diberikan tugas membaca suatu novel atau kumpulan cerpen, kemudian dituangkan kedalam esai, lalu dipresentasikan dikelas. Sistem belajar yang menarik, membuat para mahasiswanya mengenal banyak karya sastra serta berfikir kreatif dengan menuangkan kedalam esai. Bapak Firman merupakan sosok yang humoris, ketika beliau menerangkan materi dikelas cukup membuat para mahasiswanya tertawa, sehingga selama jam kuliah beliau tidak membosankan. Tingbating ini merupakan kumpulan cerpen yang kesekian yang bapak Firman tugaskan untuk saya dan kawan-kawan bahas. Menarik sekali membuat serta membahas suatu karya sastra yang pengarangnya adalah dosen kami sendiri.

Kumpulan cerpen Tingbating karya bapak Firman ini berisikan delapan belas judul, yaitu Tingbating, Izukalizu*), Fragmen Alam Gaib, Lelaki Sunyi, Tubagus dan Mahkota, Baragajul, Mencari 99 Matahari, Balelol, Randezvous, Lelaki Tua Iblis dan Perempuan Berparfum Orchid*), Ustadz Sastra, Tolooooong!*), Kerangkeng*), Elegi Handayani, Aku Datang Bersama Lautan, Percakapan Laki-laki, Mencari Istri Sempurna, Sandiwara dari Negeri Jawara. Dari tiap judul tersebut, berbeda-beda temanya.

Ada beberapa judul yang hasil dari imajinasi, sesuatu yang tidak mungkin bahwa cerita tersebut adalah sesuatu hal yang nyata. Setiap judul yang dihasilkan dengan imajinasi, selalu dapat mengocok perut bagi pembacanya, kocak sekali. Seperti Tingbating, dalam cerpen ini menceritakan seseorang yang buruk rupa, yang bernama Tingbating, yang senang memakan hati, hati apapun itu, yang tidak disenangi banyak orang, yang sangat disayangi oleh ibunya, ibunya yang selalu mendukungnya, dan pada suatu saat dia menyukai seorang wanita yang entah bagaimana akhirnya wanita tersebut menyukai Tingbating pula, dalam cerita ini bapak Firman suguhkan dengan memberi bumbu kekocakan dan pesan yang dapat saya tangkap pada intinya dari cerita Tingbating ini mengenai para politikus yang rakus akan harta rakyat.

Kemudian Izukalizu*), dalam cerpen ini terdapat tokoh yang tidak asing lagi bagi saya yaitu, bapak Firman sendiri, lalu bapak Arip Senjaya dosen Sejarah Sastra saya ketika di semester dua, cukup tertawa saya membacanya sebab tokoh yang bersangkutan adalah orang yang saya kenali, namun dari isi ceritanya saya kurang paham.

Selain cerita yang bertemakan kekocakan serta imagi, bapak Firman pun menyisipkan cerpen yang bertemakan religi, seperti Ustadz Sastra. Ketika membaca Ustadz Sastra cukup terkagum di awal cerita dan pertengahan cerita, seseorang yang lalai akan ibadah yang pada akhirnya berubah menjadi seorang yang religious karena ajakan sang istri, namun perubahannya itu ternyata hanya untuk mendapatkan inspirasi menulisnya, sungguh disayangkan sedikit kecewa dengan akhir ceritanya.

Dari keterbacaan saya terhadap kumpulan cerpen ini, terdapat pula cerita yang berasal dari kisah nyata atau pengalaman dari penulis, seperti Tolooooong!*), Kerangkeng*), dan Elegi Handayani. Sebab dari isi ceritanya tak ditemukan sesuatu yang menandakan kemustahilan, kemudian di akhir cerita terselipkan pesan, misalnya “untuk seorang wanita tua di Mampang perempatan-Jakarta” dalam cerpen Tolooooong!*), “cerita untuk seorang teman yang terbaring di Rumah Sakit Hasan Sadikin-Bandung.” dalam cerpen Kerangkeng*), dan “untuk seorang gadis kecil di BIP jln. Merdeka-Bandung” dalam cerpen Elegi Handayani.

Lalu dengan cerpen yang berjudul Sandiwara dari Negeri Jawara, dari semua cerpen dalam kumpulan cerpen karya bapak Firman ini, bagi saya pribadi ini adalah cerpen yang sangat menarik juga sangat seru, sebab lokasinya adalah di daerah saya sendiri yaitu Pandeglang, seperti Gunung Karang, Warung Gunung, dan Pantai Carita, tempat tersebut merupakan tempat yang sudah tidak asing lagi bagi saya karena saya sering mengunjunginya. Sehingga ketika membaca cerpen Sandiwara dari Negeri Jawara ini khayalan terbantu dengan lokasi yang sudah terbayangkan bagaimana rupanya, suasananya, hawanya, keadaannya. 

Dari kumpulan cerpen karya bapak Firman ini terdapat banyak pesan yang disampaikan kepada para pembaca, yaitu mengenai para politikus, pejabat, serta koruptor di negeri ini, kemudian mengenai kehidupan religi, juga kehidupan bermacam-macam hal yang dikemas dengan penulisan yang menarik, kocak, lucu, serta bahasa yang unik sehingga tidak membosankan bagi pembacanya.

Tuesday, October 29, 2013, 22:38:21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar