Nama : Asih Hayatunnisa
Kelas : 3B Diksatrasia (2222121031)
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Judul cerpen yang cukup kocak Tingbating karya Firman Venayaksa. Melihat dari judulnya sudah
dapat diterka bahwa isinya mengenai sesuatu yang dapat mengocok perut para
pembacanya. Fiman Venayaksa, kurang sopan rasanya hanya menyebut namanya saja
tanpa menggunakan Bapak terlebih dahulu di belakang namanya, sebab beliau
merupakan dosen saya, ya dosen Apresiasi Prosa Fiksi semester tiga. Di semester
tiga ini terdapat mata kuliah Apresiasi Prosa Fiksi yang diajar oleh Bapak
Firman, yang setiap minggunya diberikan tugas membaca suatu novel atau kumpulan
cerpen, kemudian dituangkan kedalam esai, lalu dipresentasikan dikelas. Sistem
belajar yang menarik, membuat para mahasiswanya mengenal banyak karya sastra
serta berfikir kreatif dengan menuangkan kedalam esai. Bapak Firman merupakan
sosok yang humoris, ketika beliau menerangkan materi dikelas cukup membuat para
mahasiswanya tertawa, sehingga selama jam kuliah beliau tidak membosankan. Tingbating ini merupakan kumpulan cerpen
yang kesekian yang bapak Firman tugaskan untuk saya dan kawan-kawan bahas.
Menarik sekali membuat serta membahas suatu karya sastra yang pengarangnya
adalah dosen kami sendiri.
Kumpulan cerpen Tingbating
karya bapak Firman ini berisikan delapan belas judul, yaitu Tingbating, Izukalizu*), Fragmen Alam Gaib,
Lelaki Sunyi, Tubagus dan Mahkota, Baragajul, Mencari 99 Matahari, Balelol,
Randezvous, Lelaki Tua Iblis dan Perempuan Berparfum Orchid*), Ustadz Sastra,
Tolooooong!*), Kerangkeng*), Elegi Handayani, Aku Datang Bersama Lautan,
Percakapan Laki-laki, Mencari Istri Sempurna, Sandiwara dari Negeri Jawara.
Dari tiap judul tersebut, berbeda-beda temanya.
Ada beberapa judul yang hasil dari imajinasi, sesuatu
yang tidak mungkin bahwa cerita tersebut adalah sesuatu hal yang nyata. Setiap
judul yang dihasilkan dengan imajinasi, selalu dapat mengocok perut bagi
pembacanya, kocak sekali. Seperti Tingbating,
dalam cerpen ini menceritakan seseorang yang buruk rupa, yang bernama
Tingbating, yang senang memakan hati, hati apapun itu, yang tidak disenangi
banyak orang, yang sangat disayangi oleh ibunya, ibunya yang selalu
mendukungnya, dan pada suatu saat dia menyukai seorang wanita yang entah
bagaimana akhirnya wanita tersebut menyukai Tingbating pula, dalam cerita ini
bapak Firman suguhkan dengan memberi bumbu kekocakan dan pesan yang dapat saya
tangkap pada intinya dari cerita Tingbating
ini mengenai para politikus yang rakus akan harta rakyat.
Kemudian Izukalizu*),
dalam cerpen ini terdapat tokoh yang tidak asing lagi bagi saya yaitu, bapak
Firman sendiri, lalu bapak Arip Senjaya dosen Sejarah Sastra saya ketika di
semester dua, cukup tertawa saya membacanya sebab tokoh yang bersangkutan
adalah orang yang saya kenali, namun dari isi ceritanya saya kurang paham.
Selain cerita yang bertemakan kekocakan serta imagi,
bapak Firman pun menyisipkan cerpen yang bertemakan religi, seperti Ustadz Sastra. Ketika membaca Ustadz Sastra cukup terkagum di awal
cerita dan pertengahan cerita, seseorang yang lalai akan ibadah yang pada
akhirnya berubah menjadi seorang yang religious karena ajakan sang istri, namun
perubahannya itu ternyata hanya untuk mendapatkan inspirasi menulisnya, sungguh
disayangkan sedikit kecewa dengan akhir ceritanya.
Dari keterbacaan saya terhadap kumpulan cerpen ini,
terdapat pula cerita yang berasal dari kisah nyata atau pengalaman dari
penulis, seperti Tolooooong!*),
Kerangkeng*), dan Elegi Handayani. Sebab dari isi ceritanya tak ditemukan
sesuatu yang menandakan kemustahilan, kemudian di akhir cerita terselipkan
pesan, misalnya “untuk seorang wanita tua di Mampang perempatan-Jakarta” dalam
cerpen Tolooooong!*), “cerita untuk
seorang teman yang terbaring di Rumah Sakit Hasan Sadikin-Bandung.” dalam
cerpen Kerangkeng*), dan “untuk seorang
gadis kecil di BIP jln. Merdeka-Bandung” dalam cerpen Elegi Handayani.
Lalu dengan cerpen yang berjudul Sandiwara dari Negeri Jawara, dari semua cerpen dalam kumpulan
cerpen karya bapak Firman ini, bagi saya pribadi ini adalah cerpen yang sangat
menarik juga sangat seru, sebab lokasinya adalah di daerah saya sendiri yaitu
Pandeglang, seperti Gunung Karang, Warung Gunung, dan Pantai Carita, tempat
tersebut merupakan tempat yang sudah tidak asing lagi bagi saya karena saya sering
mengunjunginya. Sehingga ketika membaca cerpen Sandiwara dari Negeri Jawara ini khayalan terbantu dengan lokasi
yang sudah terbayangkan bagaimana rupanya, suasananya, hawanya, keadaannya.
Dari kumpulan cerpen karya bapak Firman ini terdapat
banyak pesan yang disampaikan kepada para pembaca, yaitu mengenai para
politikus, pejabat, serta koruptor di negeri ini, kemudian mengenai kehidupan
religi, juga kehidupan bermacam-macam hal yang dikemas dengan penulisan yang
menarik, kocak, lucu, serta bahasa yang unik sehingga tidak membosankan bagi
pembacanya.
Tuesday, October 29, 2013, 22:38:21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar