Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Sabtu, 02 April 2016

Artikel: Arti "kebebasan" sesungguhnya dalam Feminisme




            Pada umumnya kita sering mendengar istilah feminisme. Feminisme merupakan gerakan yang menuntut kesetaraan gender perempuan dengan laki-laki. Tidak sedikit orang membicarakan mengenai feminisme, terlebih di jaman yang semakin maju ini banyak perempuan-perempuan yang berkarir bekerja setara dengan laki-laki, Dari pekerjaan laki-laki yang ringan hingga pekerjaan laki-laki yang berat. Dalam bidang pekerjaan apapun perempuan bersaing dengan laki-laki, tidak ada batasan yang membedakannya. Berbeda dengan dahulu, perempuan hanya boleh dirumah saja, dan laki-laki yang bekerja. Jika sekarang terdapat perempuan yang tidak berpendidikan dan berkarir maka akan dicap sebagai perempuan kolot atau kuno.
            Feminisme ini lahir dari bangsa barat, mereka mengklaim bahwa perempuan islam tidak disamakan dengan laki-laki dalam agamanya, maka dari itu mereka melahirkan gerakan feminisme ini untuk membebaskan apa yang tidak didapat oleh perempuan dan membebaskan perempuan-perempuan yang ditindas oleh laki-laki. Namun benarkah seperti itu?
            Banyak yang mendukung gerakan feminisme ini, termasuk Negara Indonesia. Alasan mereka yang mendukung gerakan ini karena membebaskan hak-hak perempuan yang tidak didapat dan membebaskan perempuan dari penghinaan laki-laki. Perempuan bisa mendapatkan pendidikan dan bekerja setara dengan laki-laki, pada umumnya semua itu karena gerakan feminisme atau emansipasi.
            Namun saya sebagai perempuan islam, ketika mendengar berbagai hal mengenai feminisme, saya merasa ada sedikit bahkan banyak yang janggal. Jadi, sebenarnya untuk apa dan ditujukan untuk perempuan mana feminisme ini? Mereka bangsa barat yang mengusung gerakan feminisme, menuduh islam tidak adil terhadap perempuan, lalu mereka melahirkan gerakan ini seolah-olah menyelamatkan kesengsaraan perempuan yang tertindas. Padahal perempuan islam tidak merasa seperti itu, malah perempuan islam merasa dimuliakan  dalam agamanya. Jikapun memang islam mengajarkan laki-laki menindas perempuan, seharusnya gerakan semacam feminisme lahir dari bangsa islam, bukan bangsa barat.
            Pada jaman jahiliyah memang perempuan merupakan makhluk yang sangat rendah derajatnya dan dipandang hina, namun setelah islam datang, islam memuliakan perempuan. Islam memberikan hak perempuan yang sama dengan laki-laki yaitu hak hidup, hak mendapatkan pendidikan, dan hak beribadah. Jadi, sebenarnya kita perempuan yang hidup pada jaman sekarang ini bisa mendapatkan pendidikan sama dengan laki-laki, bukanlah semata-mata karena gerakan feminisme, karena memang islam memberikan hak tersebut sejak islam datang.
            Kemudian, feminisme menggembor-gemborkan ketidakadilan islam dalam membagi jumlah warisan perempuan dengan laki-laki. Memang ketika pembagian hak waris, perempuan hanya mendapatkan setengahnya dari hak laki-laki, feminisme hanya sebatas melihat dari jumlah dan nominal saja. Tetapi sebenarnya, walaupun perempuan mendapatkan setengahnya dari jumlah laki-laki, harta itu sepenuhnya milik perempuan tidak perlu dibagi kepada siapapun lagi, berbeda dengan laki-laki walaupun haknya dua kali lipat dari hak perempuan, ia harus memberi atau menafkahi keluarganya, yaitu istri dan anak-anaknya. Apakah itu tidak adil?
            Lalu, mengenai kepala keluarga. Feminisme menentang bahwa kepala keluarga tidak haruslah laki-laki, karena perempuan pun dalam hal kecerdasan bisa saja memipin keluarga, atau bahkan bisa berpenghasilan lebih besar dari laki-laki. Tapi tahukah anda? Menurut penelitian, bahwa Amerika sebagai Negara pencetus feminisme adalah Negara yang tingkat perceraiannya sangat tinggi, ini karena tidak adanya keseimbangan dalam sebuah keluarga, ketika perempuan merasa lebih tinggi dari laki-laki yang timbul maka sifat keegoisan bukan sifat melindungi, karena memang perasaan perempuan diciptakan berbeda dengan laki-laki, yaitu lebih labil dan tidak tegas.
            Dan feminisme pun menentang bahwa perempuan atau seorang istri harus patuh kepada suaminya. Memang dalam islam, perempuan yang belum menikah yang harus dipatuhinya adalah kedua orang tuanya, berbeda jika sudah menikah, maka suaminyalah yang utama yang dipatuhinya kemudian orang tuanya. Jika dilihat dari sisi laki-laki, memang islam tidak mengajarkan seorang suami harus patuh kepada istrinya, namun tetap harus mengutamakan patuh kepada ibunya, kemudian istrinya. Ibu pun tetaplah sama seorang perempuan kan? Apakah tidak adil?
            Teruntuk perempuan islam, jangan pernah merasa tidak disetarakan dengan laki-laki. Kita ditakdirkan indah olehNya. Buktinya? “sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita solehah”, bukan pria soleh kan? Lalu kita disayangi tiga kali lebih banyak oleh anak-anak kita, “ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu”. Dan “surga adalah ditelapak kaki ibu”, bukan ditelapak kaki ayah kan? Kalimat yang berkutip tersebut merupakan gambaran perempuan islam, apakah masih kurang adil?
            Sebenarnya untuk siapa feminisme itu? Ketika mereka para feminis mengatakan bahwa islam mengekang kebebasan perempuan dengan hijab, apakah itu salah jika perempuan islam sendiri merasa nyaman dan tidak merasa terkekang oleh hijabnya? Seperti pada kasus olimpiade, atlet perempuan islam dilarang menggunakan hijab ketika pertandingan, apakah ini yang disebut feminisme? Jika memang feminisme diusung untuk kebebasan perempuan sebebas-bebasnya, seharus arti “bebas” itu sendiri tidak berarti terbuka dalam berpakaian, tetapi seharusnya berarti bebas apapun yang dipakai perempuan, asalkan perempuan itu merasa nyaman. Kemudian banyak kasus perempuan islam mendapatkan diskriminasi ketika tinggal di Negara mayoritas nonmuslim karena menggunakan hijab, lalu dimana feminisme itu?
Adapun kasus di Negara kita sendiri Indonesia, hingga detik ini polisi wanita tidak diperkenankan menggunakan hijab dikarenakan alasan yang tidak logis, yaitu mengurangi anggaran. Jadi apakah ini yang disebut feminisme? Kebebasan untuk perempuan? Yang sebenarnya memberikan batasan dan bukan kebebasan kepada polisi wanita Indonesia untuk berhijab, padahal di Negara yang bermayoritaskan islam terbesar di dunia. Kemudian masih banyak perusahaan di Indonesia yang melarang karyawan perempuan untuk berhijab, seperti SPG di mall, lalu pramugari hanya penerbangan haji saja yang diperbolehkan berhijab, apakah hal ini juga merupakan feminisme? Apakah ini kebebasan bagi perempuan-perempuan muslim Indonesia yang ingin mencari nafkah dan menghidupi dirinya? Seringkali saya melihat, mbak SPG mall ketika mereka dari kostan atau rumahnya mengenakan hijab, namun ketika di lokasi kerja mereka menanggalkan hijabnya, kemudian ketika pulang kerja mereka menggunakan hijabnya kembali, miris bukan? karena berbenturan dengan lowongan kerja di Indonesia yang sedikit, akhirnya tidak ada pilihan lain untuk bertahan hidup mengharuskan mereka melepaskan kewajibannya sebagai wanita muslim. Lalu dimana "kebebasan" bagi wanita muslim yang digemborkan oleh istilah feminisme itu?
Jadi disini saya berargumen,  bahwa sebenarnya feminisme itu dibuat hanya untuk kebebasan perempuan nonmuslim, bukan untuk perempuan islam, feminisme hanya gerakan yang membatasi ruang gerak gerak perempuan islam untuk menjalankan aktivitasnya sesuai dengan agamanya sendiri. Seharusnya feminisme yang memberikan kebebasan kepada perempuan itu bersifat universal, bukan “bebas” dilihat dari segi perempuan nonmuslim saja, tetapi juga “bebas” dari segi ajaran islam. Maka dari itu, mengapa feminisme selalu bertentangan dengan islam, karena memang diciptakan hanya untuk wanita non-muslim saja.

Oleh: Asih Hayatunnisa
Monday, December 01, 2014, 22:35:16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar