Pada
umumnya kita sering mendengar istilah feminisme. Feminisme merupakan gerakan
yang menuntut kesetaraan gender perempuan dengan laki-laki. Tidak sedikit orang
membicarakan mengenai feminisme, terlebih di jaman yang semakin maju ini banyak
perempuan-perempuan yang berkarir bekerja setara dengan laki-laki, Dari
pekerjaan laki-laki yang ringan hingga pekerjaan laki-laki yang berat. Dalam
bidang pekerjaan apapun perempuan bersaing dengan laki-laki, tidak ada batasan
yang membedakannya. Berbeda dengan dahulu, perempuan hanya boleh dirumah saja,
dan laki-laki yang bekerja. Jika sekarang terdapat perempuan yang tidak
berpendidikan dan berkarir maka akan dicap sebagai perempuan kolot atau kuno.
Feminisme
ini lahir dari bangsa barat, mereka mengklaim bahwa perempuan islam tidak
disamakan dengan laki-laki dalam agamanya, maka dari itu mereka melahirkan
gerakan feminisme ini untuk membebaskan apa yang tidak didapat oleh perempuan
dan membebaskan perempuan-perempuan yang ditindas oleh laki-laki. Namun
benarkah seperti itu?
Banyak
yang mendukung gerakan feminisme ini, termasuk Negara Indonesia. Alasan mereka
yang mendukung gerakan ini karena membebaskan hak-hak perempuan yang tidak
didapat dan membebaskan perempuan dari penghinaan laki-laki. Perempuan bisa
mendapatkan pendidikan dan bekerja setara dengan laki-laki, pada umumnya semua itu
karena gerakan feminisme atau emansipasi.
Namun
saya sebagai perempuan islam, ketika mendengar berbagai hal mengenai feminisme,
saya merasa ada sedikit bahkan banyak yang janggal. Jadi, sebenarnya untuk apa
dan ditujukan untuk perempuan mana feminisme ini? Mereka bangsa barat yang
mengusung gerakan feminisme, menuduh islam tidak adil terhadap perempuan, lalu
mereka melahirkan gerakan ini seolah-olah menyelamatkan kesengsaraan perempuan
yang tertindas. Padahal perempuan islam tidak merasa seperti itu, malah
perempuan islam merasa dimuliakan dalam
agamanya. Jikapun memang islam mengajarkan laki-laki menindas perempuan,
seharusnya gerakan semacam feminisme lahir dari bangsa islam, bukan bangsa
barat.
Pada
jaman jahiliyah memang perempuan merupakan makhluk yang sangat rendah
derajatnya dan dipandang hina, namun setelah islam datang, islam memuliakan
perempuan. Islam memberikan hak perempuan yang sama dengan laki-laki yaitu hak
hidup, hak mendapatkan pendidikan, dan hak beribadah. Jadi, sebenarnya kita
perempuan yang hidup pada jaman sekarang ini bisa mendapatkan pendidikan sama dengan
laki-laki, bukanlah semata-mata karena gerakan feminisme, karena memang islam
memberikan hak tersebut sejak islam datang.
Kemudian,
feminisme menggembor-gemborkan ketidakadilan islam dalam membagi jumlah warisan
perempuan dengan laki-laki. Memang ketika pembagian hak waris, perempuan hanya
mendapatkan setengahnya dari hak laki-laki, feminisme hanya sebatas melihat
dari jumlah dan nominal saja. Tetapi sebenarnya, walaupun perempuan mendapatkan
setengahnya dari jumlah laki-laki, harta itu sepenuhnya milik perempuan tidak
perlu dibagi kepada siapapun lagi, berbeda dengan laki-laki walaupun haknya dua
kali lipat dari hak perempuan, ia harus memberi atau menafkahi keluarganya,
yaitu istri dan anak-anaknya. Apakah itu tidak adil?
Lalu,
mengenai kepala keluarga. Feminisme menentang bahwa kepala keluarga tidak
haruslah laki-laki, karena perempuan pun dalam hal kecerdasan bisa saja memipin
keluarga, atau bahkan bisa berpenghasilan lebih besar dari laki-laki. Tapi
tahukah anda? Menurut penelitian, bahwa Amerika sebagai Negara pencetus
feminisme adalah Negara yang tingkat perceraiannya sangat tinggi, ini karena tidak
adanya keseimbangan dalam sebuah keluarga, ketika perempuan merasa lebih tinggi
dari laki-laki yang timbul maka sifat keegoisan bukan sifat melindungi, karena
memang perasaan perempuan diciptakan berbeda dengan laki-laki, yaitu lebih
labil dan tidak tegas.
Dan
feminisme pun menentang bahwa perempuan atau seorang istri harus patuh kepada
suaminya. Memang dalam islam, perempuan yang belum menikah yang harus
dipatuhinya adalah kedua orang tuanya, berbeda jika sudah menikah, maka
suaminyalah yang utama yang dipatuhinya kemudian orang tuanya. Jika dilihat
dari sisi laki-laki, memang islam tidak mengajarkan seorang suami harus patuh
kepada istrinya, namun tetap harus mengutamakan patuh kepada ibunya, kemudian
istrinya. Ibu pun tetaplah sama seorang perempuan kan? Apakah tidak adil?
Teruntuk
perempuan islam, jangan pernah merasa tidak disetarakan dengan laki-laki. Kita
ditakdirkan indah olehNya. Buktinya? “sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita
solehah”, bukan pria soleh kan? Lalu kita disayangi tiga kali lebih banyak oleh
anak-anak kita, “ibumu, ibumu, ibumu, kemudian ayahmu”. Dan “surga adalah
ditelapak kaki ibu”, bukan ditelapak kaki ayah kan? Kalimat yang berkutip
tersebut merupakan gambaran perempuan islam, apakah masih kurang adil?
Sebenarnya
untuk siapa feminisme itu? Ketika mereka para feminis mengatakan bahwa islam
mengekang kebebasan perempuan dengan hijab, apakah itu salah jika perempuan islam
sendiri merasa nyaman dan tidak merasa terkekang oleh hijabnya? Seperti pada
kasus olimpiade, atlet perempuan islam dilarang menggunakan hijab ketika
pertandingan, apakah ini yang disebut feminisme? Jika memang feminisme diusung
untuk kebebasan perempuan sebebas-bebasnya, seharus arti “bebas” itu sendiri
tidak berarti terbuka dalam berpakaian, tetapi seharusnya berarti bebas apapun
yang dipakai perempuan, asalkan perempuan itu merasa nyaman. Kemudian banyak
kasus perempuan islam mendapatkan diskriminasi ketika tinggal di Negara
mayoritas nonmuslim karena menggunakan hijab, lalu dimana feminisme itu?
Adapun kasus di Negara kita sendiri Indonesia, hingga
detik ini polisi wanita tidak diperkenankan menggunakan hijab dikarenakan alasan
yang tidak logis, yaitu mengurangi anggaran. Jadi apakah ini yang disebut
feminisme? Kebebasan untuk perempuan? Yang sebenarnya memberikan batasan dan
bukan kebebasan kepada polisi wanita Indonesia untuk berhijab, padahal di
Negara yang bermayoritaskan islam terbesar di dunia. Kemudian masih banyak perusahaan di Indonesia yang melarang karyawan perempuan untuk berhijab, seperti SPG di mall, lalu pramugari hanya penerbangan haji saja yang diperbolehkan berhijab, apakah hal ini juga merupakan feminisme? Apakah ini kebebasan bagi perempuan-perempuan muslim Indonesia yang ingin mencari nafkah dan menghidupi dirinya? Seringkali saya melihat, mbak SPG mall ketika mereka dari kostan atau rumahnya mengenakan hijab, namun ketika di lokasi kerja mereka menanggalkan hijabnya, kemudian ketika pulang kerja mereka menggunakan hijabnya kembali, miris bukan? karena berbenturan dengan lowongan kerja di Indonesia yang sedikit, akhirnya tidak ada pilihan lain untuk bertahan hidup mengharuskan mereka melepaskan kewajibannya sebagai wanita muslim. Lalu dimana "kebebasan" bagi wanita muslim yang digemborkan oleh istilah feminisme itu?
Jadi disini saya berargumen, bahwa sebenarnya feminisme itu dibuat hanya
untuk kebebasan perempuan nonmuslim, bukan untuk perempuan islam, feminisme
hanya gerakan yang membatasi ruang gerak gerak perempuan islam untuk
menjalankan aktivitasnya sesuai dengan agamanya sendiri. Seharusnya feminisme
yang memberikan kebebasan kepada perempuan itu bersifat universal, bukan
“bebas” dilihat dari segi perempuan nonmuslim saja, tetapi juga “bebas” dari
segi ajaran islam. Maka dari itu, mengapa feminisme selalu bertentangan dengan
islam, karena memang diciptakan hanya untuk wanita non-muslim saja.
Oleh: Asih Hayatunnisa
Monday, December 01, 2014, 22:35:16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar